Suwarno Tuding Kemenpora Punya Andil Besar Terpuruknya Prestasi Olahraga Indonesia

    0
    474

    JAKARTA-(TribunOlahraga.com)
    KOMANDAN Satuan Pelaksana Latihan Program Indonesia Emas (Satlak Prima), Suwarno secara blak-blakan membeberkan faktor kegagalan Indonesia di ajang SEA Games Singapura 2015.

    Menurutnya, persiapan Kontingen Indonesia menghadapi SEA Games Singapura 2015 benar-benar mengenaskan. Dan, pemerintah cukup berperan menjadikan prestasi kontingen Merah Putih terpuruk ke posisi lima pada pesta olahraga dua tahunan negara-negara Asia Tenggara itu.

    ”Saya itu kan menjalankan program saja. Soal dana dan peralatan itu kan semua diatur Kemenpora,” kata pensiunan Jenderal Bintang II seperti dikutip dari Suara Karya, di Jakarta, Rabu (17/6).

    Dikatakannya, dari mulai masalah penyediaan peralatan hingga fasilitas tempat berlatih yang tidak memadai menjadi penyebab. Padahal, semua itu harusnya difasilitasi pemerintah dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) demi menopang prestasi olahraga Indonesia.

    ”Masalah-masalah klasik tidak bisa terselesaikan. Dari mulai penyediaan peralatan latihan dan pertandingan hingga dana uji coba dan trainning camp di luar negeri yang terlambat turun,” katanya.

    Tentang peralatan, Suwarno menyebutkan salah satu contoh tentang baju pejudo dari Korea saja terpaksa harus ditalangi PB PJSI. ”Apa jadinya kalau sampai masalah baju judo tidak ditalangi PB PJSI?” katanya.

    Begitu juga masalah kesuksesan judo merebut empat medali emas padahal target dua emas itu. Kata Suwarno, semua tidak terlepas dari dukungan PB PJSI yang menanggung biaya latihan selama tiga bulan di Korea Selatan.

    ”Kalau saja menunggu dana uji coba dan latihan di luar negeri dari pemerintah, pasti tidak mungkin terealisasi target itu. Itu fakta,” ujar mantan Pangdam Brawijaya itu.

    Berbicara masalah tempat latihan, mantan Pangdam Brawijaya ini menyebut banyak yang sudah tidak layak lagi. Seperti tempat latihan loncat indah dan kolam renang, serta lapangan sofbol di komplek Gelora Bung Karno.

    ”Papan loncat indah itu sudah tidak layak digunakan. Jadi, kalau mereka dapat perunggu itu wajar. Begitu juga kolam renang tempat latihan dan lapangan sofbol yang rumputnya gatal kalau dipakai latihan. Semua ini kan perlu perbaikan,” tandasnya.

    Yang membuat renang yang hanya meraih satu emas padahal target enam emas, jelas Suwarno, batalnya training camp di Sydney, Australia yang sudah direncanakan akibat telatnya dana turun. ”Mereka hanya melakukan training camp di Perth, Australia. Itu pun waktunya sangat pendek,” tandasnya.

    Bagaimana dengan masalah target peringkat kedua pada SEA Games Singapura 2015? ”Dari awal saya sudah bilang, Indonesia hanya mampu merebut 46 medali emas. Itu berdasarkan perhitungan dengan melihat hasil kejurnas dan event internasional yang diikuti. Dan, itu kan sudah terbukti. Soal target masuk peringkat kedua dan ketiga itu kan dari pemerintah,” jawabnya.

    Yang lebih parah lagi, kata Suwarno, adanya enam cabang olahraga yang tidak direkomendasikan Satlak Prima ke SEA Games. Begitu juga dengan adanya pergantian atlet tenis meja yang sudah ditetapkan sebagai tim inti. Ditambah lagi, adanya pergantian manajer di cabang tenis meja dan berkuda.

    ”Kita sudah menjaring yang terbaik melalui seleksi. Tetapi, tetap saja ada atlet tenis meja yang dimasukkan tim SEA Games Singapura 2015, padahal mereka menolak mengikuti seleksi. Itu kan jelas melanggar kesepakatan dimana atlet berpeluang yang diberangkatkan,” ungkapnya.

    ”Belum lagi pergantian manajer berkuda hanya karena tidak sejalan dengan KOI. Dan, pergantian manajer tenis meja yang berakibat salah menyusun komposisi pemain,” tambahnya lagi.

    Mantan Komandan Pasukan Pengaman Presiden (Danpaspampres) ini mengaku tidak merasa khawatir jika dirinya tersingkirkan akibat menguak kegagalan kontingen Indonesia.

    ”Saya tidak punya kepentingan apa-apa. Dan, saya tidak pernah takut menguak kegagalan Indonesia,” tegasnya.

    Yang lebih mengenaskan lagi, Suwarno mengaku hanya diberikan I’d card Observer sehingga dia tidak leluasa memberikan dukungan terhadap atlet binaannya. Bahkan, dia mendapatkan fasilitas hotel yang kurang memadai.

    ”Saya hanya diberikan I’d Card observer dan menginap di hotel under construction,” akunya.TOR-08

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Please enter your comment!
    Please enter your name here