Mengenal PELTI Tempatku Belajar

0
379

Oleh:August Ferry Raturandang*

Pertama kali diperkenalkan dengan induk organisasi tenis di Indonesia yaitu PELTI pada tahun 1987. Bahkan ditawarkan oleh Dr. Nico A Lumenta untuk bergabung sebagai Pengurus di Komite Pembinaan Senior. Tentu penawaran ini diterima sebagai babak baru dalam kehidupan berorganisasi olahraga tenis nasional. Disamping itu kalau mau sukses bergaullah dengan orang sukses.

Apalagi saat itu banyak berkumpul orang-orang sukses dan hanya kenal dari media belum pernah bertemu muka, hanya beberapa nama saja sesama petenis waktu yunior.

Sebenarnya mengenal organisasi olahraga mulai dari klub tenis MYTC ( Manado Youth TC di Sario th 1970-1972), Sparta Maesa di Jakarta maupun POR Maesa.( organisasi olahraga tertua di Indonesia sejak tahun 1924)

Ini awal dari pengenalan tenis Nasional maupun mengenal tenis Internasional secara mendalam yang tidak bisa dilupakan.Dan disini pula belajar menghadapi Referee-Referee orang asing. Bagaimana cara bertanya agar tidak dianggap bodoh. Harus bisa berlagak sok tahu.Kebetulan semua itu dapat dilaksanakan sehingga banyak ITF Referee yang respek.

Waktu itu Ketua Pengurus Besar Pelti Drs. Moerdiono ( alm ) yang juga seorang Menteri Sesneg RI dari tahun 1986-1990.
dengan Sekjen Ir. Rachmad Witoelar

Banyak anggota Pengurus lainnya dari kalangan pengusaha besar seperti Ponco Sutowo, Tanri Abeng ( PT Multi Bintang ), Siswono Yudo Husodo ( PT. Bangun Cipta Sarana ), Supari ( Direktur BRI), Martina Widjaja, Sarwono Kusumaatmadja, Danny Walla dan lain lain

Mengapa disebut tempat belajar?

Karena waktu itu banyak aturan-aturan tenis belum dikenal dan bisa didapat begitu juga dengan tugas-tugas dan tanggung jawab kepanitiaan turnamen tenis dijabarkan semua dalam aturan tertulis. Ternyata tenis itu banyak aturan-aturannya yang belum diketahui.

Mulai turut kepanitiaan turnamen-turnamen besar seperti menjadi Sekretaris Davis Cup by NEC 1988 selama setahun ( ada 3 turnamen DC di Jakarta dalam setahun) , kemudian sebagai wakil direktur turnamen mulai dari Astra Internasional Junior Championship , kemudian Nugra Santana Challenger ( $ 25,000) dan lain lain.

Pintu terbuka sebagai babak baru mengenal Tenis Internasional melalui Seminar Davis Cup by NEC zone Asia Oceania tahun 1989 oleh the International Tennis Federation, sebagai wakil Indonesia di Pattaya Thailand.

Disini banyak dipelajari bagaimana melaksanakan kejuaraan dunia beregu Davis Cup by NEC. Bagaimana menghargai dan memperlakukan sponsor-sponsor. Bagaimana meletakkan kedudukan spanduk-spanduk didalam lapangan tenis. Semua diatur supaya rapi. Bahkan warna spandukpun diatur.
Bagaimana meletakkan posisi camera Televisi. photographer dan wartawan.
Macam-macam bentuk sponsorship diturnamen tenis.

Yang lebih penting lagi bagaimana caranya penyelenggara dapat menghasilkan dana lebih dari turnamen sehingga bisa digunakan untuk membuat turnamen internasional lainnya.

Mengenal pelajaran baru yaitu Tennis is Business. Bagaimana merancang turnamen seperti pesta besar yang melibatkan sponsor, penonton maupun pecinta tenis sebagai ajang tempat reunian.

Kemudian dipercayakan sebagai Circuit Administration Green Sands Satellite Circuit 1989. Waktu itu anggaran diajukan Rp 100 juta sudah termasuk prize money $ 25,000 dan turnamen berlangsung di Surabaya, Semarang, Bandung dan Jakarta selama 4 minggu. Ini pertama kali mengenal insan tenis diempat kota besar tersebut.

Ternyata dana dihabiskan hanya Rp 80 juta. Kemudian tahun 1990 dipercayakan lagi memegang jabatan tersebut. Oleh sponsor yang juga Kabid Pertandingan Tanri Abeng diberikan Rp 80 juga. Pada saat itu Martina Widjaja selaku ketua komite Pertandingan protes. Tapi selaku Circuit Admin.saat itu menyanggupi dengan dana Rp 80 sdh cukup. Akhirnya dipercayakan sebagai tanggung jawab pribadi.
Ternyata dana yang habis sebesar Rp 60 juta.

Disinilah timbul kepercayaan dari Martina Widjaja melihat kemampuan yang ada.

Apakah nama besar menjadi kendala juga ? Bisa juga kalau orang yang ego nya besar tidak mau kalah karena mereka ini hanyalah voluntir.Inilah kendalanya. Dan itu pernah terjadi. Sewaktu era Cosmas Batubara (alm) Ketum PB Pelti. Ada komitman dengan sponsor oleh Bidang Promosi PB Pelti tentang penempatan spanduk official Ball, tetapi oleh ketua komite Pertandingan PB Pelti diletakkan sesuai kehendaknya. Kebetulan ketua komite Pertandingan pensiunan pejabat yang egonya besar sekali.
Disinilah peranan leadesrship Ketua Umum PB Pelti.

Ketua Umum PB Pelti saat itu sebagai Menteri tentu banyak respek diberikan kepadanya oleh rekan-rekan PB Pelti tapi saat tidak jadi Menteri perubahan terjadi. Hal ini dialami oleh Cosmas Batubara (alm), datang ke pembukaan turnamen biasanya diiringi oleh pejabat lainnya minimal sekjen ikut mendampingi. Ini tidak walaupun kejadian di Senayan sedangkan Sekjen ada dikantor Pelti.

Dibiarkan Ketua Umum PB Pelti berjalan sendiri ketempat turnamen.

Sewaktu Munas Pelti 1994 pemilihan antara Sarwono Kusumaatmadja dan Ponco Sutowo, ikut sebagai utusan Pengda Pelti DKI Jakarta, karena ikut serta di PB Pelti hanya sampai tahun 1992 saja.

Saat itu terjadi ketidak sepahaman dengan Sekjen PB Pelti. Tapi sempat menunjukkan kecintaan tenis dengan tetap bisa selenggarakan dengan buat TDP Nasional Bintaro Jaya dan TDP Internasional Volvo Women’s Open ( $ 25,000) diluar jalur Pelti.

Apakah kedua event berjalan mulus. Ternyata ada hambatan dari Sekjen PB Pelti tersebut. Tapi karena niat baik selalu ada jalan.

Sewaktu Volvo Women’s Open bersamaan waktunya dengan Davis Cup by NEC di GBK.
Oleh sekjen langsung dibuat Refreshing wasit pada minggu yang sama pagi hari dengan Volvo Women’ s Open. Tidak ada wasit yang akan bertugas karena semua wasit ditarik ikut refreshing wasit

Kemudian dicari akal. Kebetulan Referee yang bertugas di Davis Cup by NEC dikenal baik, sehingga mengerti problematikanya. Maka jadwal Refreshing wasit dirubah jadwalnya pada malam hari.

Begitu juga waktu pelaksanaanTDP Nas Bintaro Jaya. Kebetulan ada rapat internal PB Pelti, hadir disana Sekjen , Ketua Komite Pertandingan lengkap dengan anggotanya. Saat itu kebetulan ada keperluan disalah satu shop olahraga di GBK.

Tahu-tahu dipanggil masuk, dan benar seperti di sidang. Kemudian dituding oleh sekjen PB Pelti seolah olah mengadu dombakan sesama Pengurus Besar Pelti, karena tidak minta ijin menggunakan salah satu Pengurus. Adu argumentasi terjadi. Karena sebagai direktur turnamen digunakan Ketua Panitia rekan Dr. Nico Lumenta rekan satu klub yang juga anggota PB Pelti. Ini sudah diantispasi sebelumnya untuk mencegah niat buruk Sekjen PB Pelti saat itu, yang tentunya akan segan dengan kolega sendiri.

Begitu juga terjadi keributan di media Nasional tentang PB Pelti kirim anggota tim yang tidak sekolah karena ini turnamen antar mahasiswa Asia di Hongkong. Inilah ulah dari oknum PB Pelti yang ternyata membuktikan teori Sportivitas itu hanya berlaku untuk atlet taoi tidak berlaku untuk pembinanya.

Sewaktu Sarwono Kusumaatmadja jadi Ketua Umum PB Pelti ada peristiwa terjadi di kantor Senayan. Waktu itu dibentuk Badan Tim Nasional dengan ketuanya Wilmar Witoelar (alm). Persaingan antara kedua pelatih yang ditunjuk membuahkan hampir adu jotos dalam ruang rapat.

Akibat ulah anggota PB Pelti yang egonya tinggi sehingga Indonesia kena denda oleh ITF sebesar $ 250 . Itu kejadian tahun 1988 sewaktu jadi tuan rumah Davis Cup by NEC antara Indonesia dan Thailand.

Hanya gara-gara bukti foto parade upacara pembukaan ada terselip anggota PB Pelti diantara tim yang bertanding sedangkan oknum tersebut sudah diberitahu tapi ngotot ingin tampil.

Setelah Sarwono Kusuma Atmadja , Ketua Umum PB Pelti Tanri Abeng 1998-2002. Disinilah terlihat ada 3 grup didalamnya. Grup Tanri Abeng bersama grup Makassar, grup Sekjen Soegeng Sarjadi selaku Sekjen PB Pelti saat itu (pengusaha grup Kodel ) dan Martina Widjaja yang 2 tahun pertama duduk sebagai penasehat tapi aktif membina atlet langsung melalui Ragunan Camp dimana tersedia 4 lap tenis dan mess atlet seperti fasilitas hotel yang dimilikinya.

Tahun ketua Martina dipercayakan sebagai Kabid Pengembangan dan Kabid Hubungan Luar Negeri. Oleh Martina Widjaja perlu bantuan sebagai Wakabid Hubungan Luar Negeri. Maka dipercayakan kepada AFR.

Disinilah pro kontra pemilihan anggota tim Davis Cup. Andrian Raturandang jadi topik pro kontra. Saat itu terjadi dalam rapat yang dipimpin Kabid Pembinaan Sudjiono Timur. Maka duduk disampingnya dengan titipan pesan oleh Kabid Hub LN, jangan banyak bicara jika tidak ditanya. Akhirnya melihat situasi belum ada keputusan final langsung Sudjiono Timan sampaikan pesan ” Disini ada om nya Andrian. Kita dengan apa pendapat Omnya” Kaget juga mendapat pertanyaan tersebut, tentunya akan memihak kepada keponakannya menurut peserta rapat. Padahal Andrian lolos karena Seleksi Nasional tapi ada pelatih yang tidak setuju maunya muridnya.

Kalau Andrian itu layak diterima maka sewajarnya diterima, Tapi kalau tidak layak jangan dipaksakan diterima. ”

Rupanya jawaban itu tepat karena memenuhi persyaratan maka Andrian Raturandang diterima masuk squad tim Davis Cup by NEC 2000.

Munas 2002 di Makassar perebutan Ketua Umum PB Pelti 2002-2007.Antara Martina Widjaja melawan Permana Agung Dirjen Bea Cukai. Akhirnya dimenangkan oleh Martina Widjaja dengan telak.
Duduklah sebagai wakil sekjen

Dibentuk tim perumus AD /ART maka pergantian nama Pelti hampir terjadi. Bersama Albert Wuysan dari Pelti Sulawesi Utara sudah sepakat nengganti nama Pelti jadi Tenis Indonesia. Karena saat Ketua Umum Tanri Abeng nama Pelti tercoreng dengan ulah Humas PB Pelti yang sering buat statement ke media pendapat pribadinya Ini baru kejadian didalam kepengurusan diangkat keluar oleh oknum humas tersebut.

Berita-berita media nasional tentang Pelti sangat negative sehingga dianggap perlu dirubah.

Saat itu kecintaan terhadap Pelti masih melekat maka untuk mengcounter berita-berita miring tentang Pelti yang diciptakan oleh oknum Humas Pelri maka dibuat website sendiri dengan nama uwww.inatenis.com.Semua aktivitas Pelti dibuat dalam situs tersebut.Sehingga berfungsi sebagai humas tidak resmi Asian Games Busan Korea, Fed Cup di Ghuang Zou China

Nama Pelti yang merupakan singkatan awalnya adalah Persatuan Lawn Tennis Indonesia. Kemudian tahun 1986 menjadi Persatuan Tenis Lapangan Indonesia. Maka sejak itu penyebutan cabang olahraga tenis sering dicantumkan sebagai Tenis Lapangan. Yang seharusnya cukup TENIS.

Sejak tahun 2002 diubah mejadi Persatuan Tenis seluruh Indonesia tapi bukan merupakan kepanjangannya. Karena tidak tepat maka diambil oleh tim Perumus AD dan ART Pelti tahun 2002-2007.Peltiukan singkatan tapi sebutan. Padahal rencana semula diganti Pelti jadi Tenis Indonesia tetapi oleh Drs Moerdiono ( alm) selaku penasehat ditolak dengan mengingatkan sejarah jangan dilupakan.

Ada perubahan-perubahan dilakukan oleh tim perumus yaitu istilah Pelti bukan merupakan singkatan tapi sebutan. Dan kedua istilah Pengurus Pusat ditingkat Pusat sedangkan ditingkat provinsi jadi Pengprov, dan tingkat kotamadya/kabupaten menjadi Pengkot/Pengkab. Ketiga masa kepengurusan selama ini 1 periode hanya 4 tahun dianggap tidak cukup maka sepakat menjadi 5 tahun.

Apakah kepengurusan Martina Widjaja tidak ada keributan. Ada , tapi langsung jika ada perbedaan pendapat langsung diambil alih oleh Ketua Umum.

Suatu saat salah satu pelatih kondang dipanggil menghadap di Pusat Tenis Kemayoran untuk
mempertanggung jawabkan pengiriman tim dengan beaya Pelti bersama pelatih kondang tersebut.

Kebetulan duduknya Ketua Umum diantara Sekjen dan pelatih tersebut. Karena salah satu anak asuhnya datang terlambat waktu di Australia di turnamen. Alasan yang tidak professional. Yaitu diajak Dinner oleh Pengurus Pusat Pelti terhadap anggota tim sampai malam.

Keteganganpun timbul,panikpun terlihat diwajah pelatih tersebut yang merasa terpojok dan tersidang. Saat terakhir pelatih tersebut menjawab dengan emosi sambil tiba-tiba berdiri kemudian otomatis sekjenpun langsung berdiri tapi muncullah Martina Widjaja ikut berdiri minta kedua orang ini untuk duduk kembali.

Apa saja pelajaran didapat selama duduk di Kepengurusan Pelti. Mulai dari Seminar Davis Cup by NEC tahun 1989 oleh ITF kemudian ikut Asian Tennis Federation AGM di Tashkent Ubekistan 2000, International Tennis Federation AGM di Antalya Turkey bersama Ketua Umum, ITF AGM di Merrakesh Morroco sebagai peninjau karena Pelti diwakili oleh Ketua Umum dan Sekjen.
Demikian juga ikuti ITF Leadership Seminar 2000 sebagai peninjau karena Pelti telah dengan resmi mengirim Executive Secretary dan Humas sebagai utusan Pelti..
Dan bisa ikuti seminar di KONI Pusat yaitu Seminar Leadership.

Banyak belajar sebagai Technical Delegate Tenis multi event seperti PON 2004 Palembang, PON 2008 Balikpapan, PON 2012 Riau. Ada kejadian sebenarnya TD PON Balikpapan sejak awal dipercayakan kepada AFR tapi pergantian dilakukan PP Pelti menjelang PON akibat AFR tidak bisa mempertahankan keinginan PP Pelti merubah keputusan KONI dalam rapat dengan KONI Pusat di Samarinda. Diganti sama rekan Kabid Pertandingan PP Pelti.

Begitu juga waktu PON Riau 2012 sebenarnya TD adalah Kabid Pertandingan PP Pelti, karena sesuatu hal Kabid Pertandingan diganti Sekjen PP Pelti ke AFR.

Sehingga suatu hari seminggu menjelang PON Riau, PP Pelti terima surat dari Ketua Panitia Tenis PON Riau yang menolak pergantian tersebut karena sejak awal dianggap AFR tidak ikuti perkembangannya. Sedangkan Kabid Pertandingan sering berdiskusi mengenai persiapan PON Riau mulai dari Venue dan sebagainya Tapi masalah ini dapat diselesaikan ditempat walaupun sedikit kerja keras

Begitu juga sebagai Technical Delegat POPNAS Medan, Popwil Palembang, Popwil Ambon, Popwil Ternate.

Dan juga banyak pelajaran didapat waktu menjabat Ketua Panitia Soft-Tennis di SEA Games 2011 Palembang dengan mengunjungi bersama tim Nasional Soft Tennis Indonesia ke turnamen di Laos, Kinibalu Malaysia .

*Pasca 2012*

Memasuki tahun 2013 oleh ketua umum PP Pelti 2012-2017 Maman Wiryawan mengundang rapat bersama Sekjen PP Pelti Umbu Sampathy SH ( alm) meminta kehadiran AFR dalam kepengurusan. Dia sempat heran justru rekan-rekan pelatih asal Kawanua yang disebutnya teroris-teroris ini yang justru menolak tapi mereka sendiri tidak duduk.
Ditawarkan duduk sebagai Litbang membawahi juga sport medicine.

Esok hari langsung kekantor pribadi Maman Wiryawan untuk menyampaikan penolakan dengan alasan-alasan tertentu yang mungkin akan terjadi kelak. Maka atas tawaran tersebut sebagai penanggung jawab suLIT berkemBANG( plesetannya LITBANG). Karena pernah ikuti rapat Litbang KONI Pusat.

Selama itu bergerak tetap setia dengan konsep turnamen Remaja Tenis

Tahun 2016 ditawari oleh PP Pelti duduk sebagai wakil direktur venue Asian Games 2018. Maka aktivitas berjalan lancar ikuti rapat2 Panitia Asian Games.Bahkan dalam kunjungan kerja Technical Delegate Asian Games dari Singapore di Palembang
Bahkan kedudukan naik menjadi Venues Manager Tenis Asian Games walaupun ada ketidak setujuan anggota PP Pelti tapi karena pengangkatan berdasarkan pengangkatan ketua umum PP Pelti .

Begitu tak disangka tahun 2016 diminta kesediaan sebagai Technical Delegate Tenis Kursi Roda Asean Paragames 2017 di Kuala Lumpur oleh South East Paragames Committee di Singapore. Dengan percaya diri sebagai modal pengalaman tahun 2011 sebagai ketua panitia tenis kursi roda Asean Paragames 2011 di Solo.

Surprise bisa terjadi. Diisi formulir yang isinya Curriculum Vitae. Beberapa hari kemudian terima undangan rapat di Kuala Lumpur dalamh Technical Delegate meeting
bulan awal Desember 2006.

Menjelang Oktober 2017 diundang rapat persiapan Asian Paragames 2018 di Solo. Ikut mempersiapkan Technical Handbook tenis kursi roda.

Disinilah kita mengenal rekan kerja baru yang duduk sebagai panitia INAPGOC 2018.

Rupanya menjelang Munas Pelti 2017 bulan November 2017. Memang sempat diajak rekan pelatih Kawanua untuk ikut bersamanya mengenalkan diri calon kandidat Ketua Umum Pelti. Tetapi ditolak oleh AFR karena rupanya masuknya kadidat tersebut karena diperkenalkan juga oleh rekan lainnya.

Dibuatlah move agar seperti ikut dalam Munas Pelti di Banjarmasin bahkan oleh rekan sendiri mencari keberadaan AFR dihotel di Banjarmasin.

Kebetulan ada aktivitas persiapan Asian Paragames 2018 di Bandung di Hotel Novotel. Rekan yang mencari di kota Banjarmasi kecele dibuatnya. Mengenal kota Banjarmasin tahun 2010 sewaktu selenggarakan RemajaTenis.

Selama persiapan Asian Paragames 2018 ada pertemuan yang tidak disangkasangka pertemuan 3 Ferry yaitu Ferry Haju, Ferry Kono, dan Ferry Raturandang. Ini menambah kenalan baru.

Keberadaan AFR dalam panitia Asian Games berakhir saat kengurusan Pelti 2017-2022.

Akibat rumor yang berkembaƱg yang menyatakan AFR itu termasuk tim sukses candidat lawan dari Ketua Umum terpilih maka tanggal 15 Desember 2017 terima surat pemecatan sebagai Venues Manager Tenis Asian Games 2018.

Ketika diceritakan kepada mantan sekjen sebelumnya yang juga ahli hukum. Bisa dituntut PP Pelti, alasannya yang baru terpilih Ketua Umum sedangkan Sekjen belum resmi dan baru diresmikan/dilantik oleh KONI Pusat pertengahan Januari.

Pelti bisa dituntut. Sama saja tempat pendidikan selama ini telah mengasah tentang Tenis. Tidak akan terjadi penuntutan tersebut karena kecintaan begitu melekat. Anggap saja kesalahan bisa dilakukan oknum- oknum.

Rupanya cobaan lagi di Inapgoc 2018 yang sedang hangat2nya.
Pelti kirim nama yang tidak mencantumkan nama AFR tetapi Inapgoc menghargai upaya selama ini sehingga diangkat menjadi Sport Expert yang baru pertama
kali ada. Walaupun sudah bicara dengan Direktur Inapgoc jika sudah tidak diperlukan maka siap untuk berhenti, tapi justru mereka respect terhadap AFR yang telah membantu Tenis Kursi Roda.

Justru lebih mengenal cabang-cabang olahraga disable lainnya. Dengan rutin menjeguk pelatnas di Solo. Surprise juga ternyata dikenal juga oleh peserta pelatnas karena mereka ex petenis kursi roda. Karena sudah tidak asing adakan coaching clinic dengan pelatih ITF maupun kejurnas Tenis Kuri Roda baik di Jakarta dan Solo.

Inilah pelajaran yang sulit didapat jika tidak dikerjakan dengan HATI tidak akan terjadi.

Terima kasih Pelti selama ini telah.mendidik.(Penulis adalah pemerhati dan pembina tenis)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here